Informasi

Assalamu'alaikum sobat ahsa-computer, Ahlan wa Sahlan fii www.ahsa-computer.blogspot.com ada sedikit informasi nih.... bagi sobat-sobat ahsa-computer yang ingin mengirim artikel islam (temanya remaja boleh umum juga boleh) ke ahsa-computer.blogspot.com, kirim aja melalui email : ahsacomputer@gmail.com, insya Allah artikel yang temen-temen kirim akan kami tayangkan pada kolom artikel dan juga temen-temen bisa mengirimkan kata-kata mutiara islami atau sejenisnya melalui email yang sama atau temen-temen ingin mengirim pesan via facebook juga bisa di ahsacomputer@gmail.com, yang insya Allah akan ditayangkan di kolom nasihah di blog ini. Terima kasih telah mengunjungi blog kami (jazakumullah khoiron katsiro) Wassalamu'alaikum
On Kamis, 02 Februari 2012 0 komentar

TESTING

Baca Selengkapnya...
On Senin, 13 September 2010 0 komentar

Para pemuda hendaknya menyadari bahwa mereka haruslah menjadi kelompok yang mampu mempresentasikan nilai-nilai Islam secara utuh bagi masyarakat, yaitu:
1. Mereka menjadi generasi yang hidup qalbunya karena senantiasa dekat dengan al-Qur’an, dan tenang dengan dzikrullah (QS 13/28) [1], bukan generasi yang berhati batu (QS 57/16) [2] akibat jauh dari nilai-nilai Islam, ataupun generasi mayat (QS 6/122) [3] yang tidak bermanfaat tetapi menebar bau busuk kemana-mana.
2. Dalam menghadapi kesulitan dan tantangan, maka para pemuda harus sabar dan terus berjuang menegakkan Islam, hendaklah mereka berprinsip bahwa jika cintanya kepada Allah SWT benar, semua masalah akan terasa gampang.
3. Dalam perjuangan, jika yang menjadi ukurannya adalah keridhoan manusia maka akan terasa berat, tetapi jika ukurannya keridhoan Allah SWT maka apalah artinya dunia ini (QS 16/96) [4].

Catatan kaki:
[1] “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d [13]: 28)
[2] “… dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hadiid [57]: 16)
[3] “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am [6]: 122)
[4] “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl [16]: 96)

Baca Selengkapnya...
On 0 komentar

Al-Ikhwan.net | 5 November 2006 | 13 Syawal 1427 H | Abi AbduLLAAH
Islam memandang posisi pemuda di masyarakat bukan menjadi kelompok pengekor yang sekedar berfoya-foya, membuang-buang waktu dengan aktifitas-aktivitas yang bersifat hura-hura dan tidak ada manfaatnya. Melainkan Islam menaruh harapan yang besar kepada para pemuda untuk menjadi pelopor dan motor penggerak dakwah Islam. Pemuda adalah kelompok masyarakat yang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya, diantaranya adalah bahwa mereka relatif masih bersih dari pencemaran (baik aqidah maupun pemikiran), mereka memiliki semangat yang kuat dan kemampuan mobilitas yang tinggi.
Para musuh Islam sangat menyadari akan hal tersebut, sehingga mereka berusaha sekuat tenaga untuk mematikan potensi yang besar tersebut dari awalnya dan menghancurkan para pemuda dengan berbagai kegiatan yang laghwun (bersifat santai dan melalaikan), dan bahkan destruktif.
Pemuda yang baik oleh karenanya adalah pemuda yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Mereka beramal/bekerja dengan didasari dengan keimanan/aqidah yang benar
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’” (QS Haa Miim [41]: 33)
2. Mereka selalu bekerja membangun masyarakat
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS Al Kahfi [18]: 7)
3. Dan mereka memahami bahwa orang yang baik adalah orang yang paling bermanfaat untuk ummat dan masyarakatnya
“Dan Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.’” (QS At Taubah [9]: 105).

Baca Selengkapnya...
On 0 komentar

Al-Ikhwan.net | 30 October 2006 | 7 Syawal 1427 H | Abi AbduLLAAH
Jika kita menyaksikan kondisi mayoritas ummat Islam saat ini, maka terlihat bahwa sebagian besar ummat berada pada keadaan yang sangat memprihatinkan, mereka bagaikan buih terbawa banjir, tidak memiliki bobot dan tidak memiliki nilai. Jika dilakukan analisis secara mendalam dari sudut pandang agama, maka akan terlihat bahwa realitas ummat yang demikian disebabkan oleh hal-hal sbb:

• Penyakit ummat Islam saat ini (baik di Indonesia maupun di berbagai negara Islam) berpangkal pada sikap infirodiyyah (individualisme). Maksudnya adalah bahwa mayoritas ummat Islam saat ini bekerja sendiri-sendiri dan sibuk dengan masalahnya masing-masing tanpa berusaha untuk menggalang persatuan dan membuat suatu bargaining position demi kepentingan ummat. Para ulama dan muballigh sibuk bertabligh, para pengusaha muslim sibuk dengan usahanya dan para pejabatnya sibuk mempertahankan jabatannya, tidak ada koordinasi dan spesialisasi untuk bekerja sesuai dengan bidangnya kemudian hasilnya dimusyawarahkan untuk kepentingan bersama. Demikian pula di tingkat ORMAS dan ORPOL, masing-masing bekerja sendiri tidak ada kerjasama satu dengan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan jurang pemisah antara masing-masing kelompok semakin besar.

• Secara kejiwaan beberapa penyakit yang memperparah kondisi ummat Islam saat ini diantaranya adalah:

1. Emosional, artinya bahwa ikatan keislaman mayoritas ummat saat ini baru pada ikatan emosional saja, belum disertai dengan kefahaman yang mendalam akan ajaran agamanya. Sehingga disiplin untuk bekerja, semangat untuk berdakwah, gairah berinfak, dsb baru pada taraf emosional, bersifat reaktif dan sesaat saja (QS 22/11).

2. Orientasi kultus. Dalam pelaksanaan ibadah ritual, menjalankan pola hidup sampai dengan mensikapi berbagai peristiwa kontemporer, mayoritas masyarakat muslim tidak berpegang kepada dasar (dhawabith) kaidah-kaidah Islam yang jelas, karena pengetahuan keislaman yang pas-pasan, sehingga lebih memandang kepada pendapat berbagai tokoh yang dikultuskan. Celakanya para tokoh tersebut kebanyakan dikultuskan oleh berbagai lembaga yang tidak memiliki kompetensi sama sekali dalam bidang agama, seperti media massa, sehingga bermunculanlah para ulama selebriti yang berfatwa tanpa ilmu, sehingga sesat dan menyesatkan.

3. Sok pintar. Sifat kejiwaan lain yang menonjol pada mayoritas kaum muslimin saat ini adalah merasa sok pintar dalam hal agama. Jika dalam bidang kedokteran misalnya, mereka sangat menghargai spesialisasi profesi, sehingga yang memiliki otoritas untuk berbicara masalah penyakit adalah dokter, demikian seterusnya kaidah ini berlaku untuk bidang-bidang lainnya, kecuali bidang agama. Dalam bidang agama, dengan berbekal pengetahuan Islam yang ala kadarnya setiap orang sudah merasa cukup dan merasa tidak perlu belajar lagi untuk berani berbicara, berpendirian, bahkan berfatwa. Seolah-olah agama tidak memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang perlu dipelajari dan dikuasai sehingga seorang layak berbicara dengan mengatasnamakan Islam.

4. Meremehkan yang lain. Sifat lain yang muncul sebagai kelanjutan dari rasa sok pintar diatas adalah meremehkan pendapat orang lain. Dengan ringannya seorang yang baru belajar agama di sebuah universitas di Barat berani menyatakan bahwa jilbab adalah sekedar simbol saja bukan suatu kewajiban syar’i, yang dengan “fatwa-prematurnya” ini ia telah berani menafsirkan tanpa kaidah atas ayat al-Qur’an, menta’wil secara bathil hadits-hadits shahih serta membuang sirah nabawiyyah (perjalanan kehidupan Nabi SAW dan para sahabatnya) dan ijma’ (kesepakatan) fatwa para ulama sedunia, baik salaf (terdahulu) maupun khalaf (kontemporer).

• Adapun secara aktifitas (amaliyyah) beberapa penyakit yang menimpa mayoritas ummat Islam saat ini diantaranya adalah :

1. Sembrono. Dalam aspek aktifitas, maka mayoritas ummat melakukan kegiatan dakwah secara sembrono, tanpa perencanaan dan perhitungan yang matang sebagaimana yang mereka lakukan jika mereka mengelola suatu usaha. Akibat aktifitas yang asal jadi ini, maka dampak dari dakwah tersebut kurang atau tidak terasa bagi ummat. Kegiatan tabligh, ceramah, perayaan hari-hari besar agama yang dilakukan hanya sekedar menyampaikan, tanpa ada follow up dan reevaluasi terhadap hasilnya. Khutbah jum’at hanya sekedar melaksanakan rutinitas tanpa dilakukan pembuatan silabi yang berbobot sehingga jama’ah sebagian besar datang untuk tidur daripada mendengarkan isi khutbah. Kegiatan membaca al-Qur’an hanya terbatas kepada menikmati keindahan suara pembacanya, tanpa diiringi dengan keinginan untuk menikmati dan merenungkan isinya, sehingga disamakan dengan menikmati lagu-lagu dan nyanyian belaka.

2. Parsial. Dalam melaksanakan Islam, mayoritas ummat tidak berusaha untuk mengamalkan keseluruhan kandungan al-Qur’an dan as-Sunnah, melainkan lebih memilih kepada bagian-bagian yang sesuai dengan keinginannya dan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya (QS 2/85). Sehingga seorang sudah dipandang sebagai muslim sejati, hanya dengan indikator melakukan shalat atau puasa saja. Padahal shalat hanya bagian yang sangat kecil saja yang menjadi kewajiban seorang muslim, disamping aturan-aturan lain yang juga wajib dilaksanakan oleh seorang muslim dalam berekonomi, politik, pergaulan, pola pikir, cita-cita, bekerja, dsb. Yang kesemuanya tanpa kecuali akan diminta pertanggungjawaban kita di akhirat kelak (QS 2/208).

3. Tradisional. Islam yang dilaksanakan masih bersifat tradisional, baik dari sisi sarana maupun muatannya. Dari sisi sarana, kaum muslimin belum mampu menggunakan media-media modern secara efektif untuk kepentingan dakwah, seperti ceramah dengan simulasi komputer, VCD film-film yang islami, iklan-iklan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, kebanyakan masih mengandalkan kepada cara tradisional seperti ceramah di mesjid, musholla dan di lapangan. Sementara dari sisi muatannya, maka isi ceramah yang disampaikan kebanyakan masih bersifat fiqih oriented; masalah-masalah aqidah, ekonomi yang islami, sistem politik yang islami, apalagi masalah-masalah dunia Islam kontemporer sama sekali belum banyak disentuh.

4. Tambal-sulam. Dalam menyelesaikan berbagai persoalan ummat, pendekatan yang dilakukan bersifat tambal sulam dan sama sekali tidak menyentuh esensi permasalahan yang sebenarnya. Sebagai contoh, mewabahnya AIDS cara mengatasinya sama sekali bertentangan dengan Islam, yaitu dengan membagi-bagi kondom. Seolah-olah lupa atau sengaja melupakan bahwa pangkal sebab dari AIDS adalah melakukan hubungan seks tidak dengan pasangan yang sah. Dan cara menanggulanginya adalah dengan memperbaiki muatan pendidikan agama yang diajarkan dari sejak sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Demikian pula masalah2 lainnya seperti tawuran pelajar, meningkatnya angka kriminalitas, penyalahgunaan Narkoba, menjamurnya KKN ; kesemuanya berpangkal pada satu sebab yaitu lemahnya pemahaman dan kepedulian pemerintah dalam mengajarkan dan menerapkan aturan-aturan Islam.

Baca Selengkapnya...
On 0 komentar

Al-Ikhwan.net | 11 December 2005 | 9 Dzulqaidah 1426 H | Abi AbduLLAAH
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan memuliakan para pemuda, al-Qur’an menceritakan tentang potret pemuda ashaabul kahfi sebagai kelompok pemuda yang beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan mayoritas kaumnya yang menyimpang dari agama Allah SWT, sehingga Allah SWT menyelamatkan para pemuda tersebut dengan menidurkan mereka selama 309 tahun (QS 18/).
Kisah pemuda ashaabul ukhdud dalam al-Qur’an juga menceritakan tentang pemuda yang tegar dalam keimanannya kepada Allah SWT sehingga menyebabkan banyak masyarakatnya yang beriman dan membuat murka penguasa sehingga ratusan orang dibinasakan dengan diceburkan ke dalam parit berisi api yang bergejolak (sabab nuzul QS ). Dan masih banyak lagi contoh-contoh kisah para pemuda lainnya, diantaranya bahwa mayoritas dari assabiquunal awwaluun (orang-orang yang pertama kali beriman kepada Rasulullah SAW) adalah para pemuda (Abubakar ra masuk Islam pada usia 32 tahun, Umar ra 35 th, Ali ra 9 th, Utsman ra 30 th, dst).
Sifat-sifat yang menyebabkan para pemuda tersebut dicintai Allah SWT dan mendapatkan derajat yang tinggi sehingga kisahnya diabadikan dalam al-Qur’an dan dibaca oleh jutaan manusia dari masa ke masa, adalah sebagai berikut :
1. Karena mereka selalu menyeru pada al-haq (QS 7/181)
2. Mereka mencintai Allah SWT, maka Allah SWT mencintai mereka (QS 5/54)
3. Mereka saling melindungi, menegakkan shalat (QS 9/71) tidak sebagaimana para pemuda yang menjadi musuh Allah SWT (QS 9/67)
4. Mereka adalah para pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah SWT (QS 13/20)
5. Mereka tidak ragu-ragu dalam berkorban diri dan harta mereka untuk kepentingan Islam (QS 49/15)

Baca Selengkapnya...
On 1 komentar

Al-Ikhwan.net | 29 January 2007 | 10 Muharram 1428 H | Abi AbduLLAAH
Apakah generasi para shahabat melakukan tarbiyyah dan tashfiyyah dulu sampai mencapai derajat ulama, baru kemudian berdakwah dan berjihad, ataukah mereka melakukan tarbiyyah dan tashfiyyah sambil langsung berdakwah dan berjihad?
Ikhwah wa akhawat fiLLAAH rahimakumuLLAAH,
Salah satu klaim yang disampaikan oleh sebagian orang yang terlalu bersemangat dan selalu ‘asbed’ (asal beda) dengan kelompok-kelompok dakwah yang lain, adalah bahwa generasi Salaf itu melakukan tarbiyyah & tashfiyyah dulu, barulah setelah mereka berilmu maka barulah mereka boleh berjihad atau melakukan amal-amal politik, jadi -menurut mereka- kelompok yang sekarang sibuk tarbiyyah sambil berpolitik itu dicap sebagai mukhalifus-sunnah (berbeda dengan sunnah)..
Jika seandainya mereka menganggap pendapat ini sebagai min baabil ijtihaad (termasuk dalam hal-hal yang sifatnya ijtihadiyyah) serta mereka mau menghormati pendapat lain yang berbeda karena hal tersebut merupakan ijtihad pula, maka mereka telah benar & sesuai dengan sunnah dan hal tersebut tidaklah mengapa (laa ba’sa bihi)..
Namun amat disayangkan bahwa pemahaman tersebut diikuti dengan vonis mereka kepada kelompok yang berbeda pendapat dengan mereka dengan label sindiran halus seperti: ‘karena tidak mengerti sunnah’ atau ‘tidak tegar di atas sunnah’ sampai vonis yang amat kasar seperti: ‘juhala’ atau ‘khawarij’ atau ‘terkurung dalam quyud hizbiyyah’ dll (bisa dicek di web-web milik mereka).
Saya melihat bahwa sebagian vonis mereka tersebut (seperti vonis : Takfiri, Khariji, Hizbiyy, dsb) malah menimpa pada diri mereka sendiri -waliLLAAHil hamdu wal minah-, benarlah sabda RasuluLLAAH -Semoga Shalawat serta Salam senantiasa tercurah pada diri beliau-: “Tidak boleh seorang melempar tuduhan pada orang lain dengan tuduhan Fasiq, atau dengan tuduhan Kufur, karena tuduhan tersebut akan kembali pada dirinya jika yang dituduhnya tidak demikian[1].”
Dalam redaksi yang lainnya disebutkan: “Jika seseorang berkata pada saudaranya (sesama muslim): Hai kafir! Maka hal itu sama dengan membunuhnya, demikian pula melaknat seorang mukmin juga sama dengan membunuhnya[2]!” Dalam atsar yang diriwayatkan oleh Ali -semoga ALLAAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi meridhoi beliau- bahwa: “Kalian bertanya kepadaku tentang orang-orang yang suka mencaci dengan kata-kata: Hai Kafir! Hai Fasiq! Hai Himar (Keledai)! Yang demikian ini tidak dihukum hadd tetapi dihukum (ta’zir) oleh penguasa agar tidak mengulangi kata-kata tersebut[3]!”
Demikianlah hukuman bagi mereka yang suka mencaci & menghina kelompok lain itu, bahkan mereka memberikan gelar (laqab) yang buruk pada AL-IKHWAN AL-MUSLIMIN (Persaudaraan Muslimin) menjadi AL-IKHWAN AL-MUFLISIN (Persaudaraan Orang-Orang Yang Bangkrut), sekali lagi Maha Adillah ALLAAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, sehingga kata-kata itupun akhirnya berbalik pada diri mereka sendiri, sebagaimana dalam hadits berikut ini sabda Nabi -Semoga Shalawat & Salam senantiasa tercurah pada beliau-: “Tahukah kalian siapa AL-MUFLIS (orang yang bangkrut) itu? … dst, sampai dengan sabda beliau: Sesungguhnya AL-MUFLIS dari ummatku adalah orang-orang yang datang di Hari Kiamat dengan membawa PAHALA shalat, puasa dan zakat, tetapi ia juga pernah MENCACI si fulan, MENUDUH si fulan, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, memukul si fulan, maka diberikanlah pahalanya pada si fulan & si fulan, sehingga apabila telah habis pahalanya sebelum habis dosanya maka diambillah dosa orang-orang lain tersebut & dipikulkan pada dirinya lalu dilemparkan ia ke neraka[4].” Segala puji bagi ALLAAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, nampak jelaslah siapa yang sebenarnya yang termasuk kelompok yang AL-MUFLISIN tersebut..
Lalu sekarang marilah kita lihat bersama, apakah benar bahwa para sahabat -semoga ALLAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi meridhoi mereka semua- itu mempelajari Al-Qur’an & As-Sunnah itu seluruhnya dulu baru bergerak (berharokah) ataukah mereka sambil mempelajari kandungan Al-Qur’an & As-Sunnah (tarbiyyah & tashfiyyah) itu sambil sekaligus berharokah & berjihad menegakkannya? Biarkanlah mereka para sahabat yang mulia tersebut yang menuturkannya sendiri, sebagaimana dalam hadits-hadits shahih berikut ini:

HUJJAH PERTAMA: PARA SHAHABAT TIDAK PERNAH MENAMBAH ILMUNYA LEBIH DARI 10 AYAT SEBELUM LANGSUNG MENGAMALKANNYA
1. Telah menceritakan pada kami Muhammad bin Ali bin Hasan bin Syaqiq Al-Marwazi berkata: Saya mendengar ayahku berkata: Telah menceritakan pada kami Al-Husein bin Waqid berkata: Telah menceritakan pada kami Al-A’masy dari Syaqiq dari Ibnu Mas’ud -semoga ALLAAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi meridhoi beliau- berkata: “Adalah seorang dari kami jika telah mempelajari 10 ayat maka ia tidak menambahnya sampai ia mengetahui maknanya & mengamalkannya[5].” Jadi walaupun mereka bisa mempelajari ilmu lebih banyak & lebih luas lagi tapi mereka tidak melakukannya, mereka tidak mau menambah ilmu tersebut kecuali setelah dapat mengamalkannya, sehingga sambil belajar juga mengaplikasikannya.
2. Telah menceritakan pada kami Ibnu Humaid berkata: Telah menceritakan pada kami Jarir dari ‘Atha’ dari Abi AbdiRRAHMAN berkata: Telah menceritakan pada kami orang-orang yang membacakan pada kami berkata: Bahwa mereka yang menerima bacaan dari Nabi -Semoga Shalawat serta Salam senantiasa tercurah pada diri beliau- (menceritakan) adalah mereka apabila mempelajari 10 ayat tidak pernah meninggalkannya (tidak menambahnya) sebelum mengaplikasikan apa yang dikandungnya, maka kami mempelajari ilmu Al-Qur’an dan amalnya sekaligus[6].

HUJJAH KEDUA: PERINTAH MENYAMPAIKAN ILMU WALAUPUN BARU MENGUASAI 1 AYAT
1. Hadits Nabi -Semoga Shalawat serta Salam senantiasa tercurah pada diri beliau- dari AbduLLAH: “Sampaikanlah oleh kalian dari aku walaupun 1 ayat dan ceritakanlah dari bani Isra’il dan itu tidak mengapa dan barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka sediakanlah tempat duduknya di neraka[7].” Dan hadits ini selain memerintahkan kita agar tidak ragu berdakwah walau modal ilmunya baru sedikit, juga menjelaskan bahwa yang wajib mempelajari ilmu syari’ah secara mendalam itu tidak diwajibkan atas seluruh muslimin, melainkan cukup sebagian saja yang memang ber-kafa’ah untuk hal tersebut.
2. Berkata Abu Hatim -semoga ALLAAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi meridhoi beliau- saat mengkomentari hadits tersebut: “Hadits tersebut khithabnya adalah pada para shahabat dan termasuk didalamnya mereka yang semisalnya sampai Hari Kiamat untuk sebagian dari mereka agar menyampaikan dari Nabi -Semoga Shalawat serta Salam senantiasa tercurah pada diri beliau- & hukumnya adalah fardhu-kifayah, jika sebagian ummat sudah melakukannya maka lepas kewajiban tersebut bagi yang lainnya[8].”

HUJJAH KETIGA: BERBAGAI PERISTIWA PENTING DALAM AHKAMU-SYAR’IYYAH DITURUNKAN TIDAK LEBIH DARI 10 AYAT SAJA
1. Salah satu riwayat tentang Sabab Nuzul QS Al-Ankabut[9], ketika turun perintah berhijrah maka kaum muslimin menulis surat pada para kerabatnya di Mekkah bahwa tidak akan diterima keislaman kalian sampai kalian berhijrah, maka merekapun keluar menuju Madinah maka mereka dikejar oleh kaum musyrikin lalu dikembalikan ke Mekkah, maka ALLAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi menurunkan awal surah ini sampai 10 ayat, maka kaum muslimin menyurati lagi kerabatnya tentang ayat yang turun tentang mereka ini, maka berkatalah mereka : Jika demikian maka kami akan keluar (hijrah), jika mereka mengejar kami maka akan kami melawan! Maka merekapun keluar & dikejar oleh kaum musyrikin dan terjadi perlawanan, sehingga sebagian mereka syahid terbunuh & sebagian lainnya berhasil lari ke Madinah, lalu ALLAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi menurunkan lagi ayat: TSUMMA INNA RABBAKA LILLADZIINA HAAJARUU MIN BA’DI MAA FUTINUU[10]..[11]”
2. Berkata Imam Ibnul Jauzy: “Telah ijma’ para mufassirin bahwa ayat: INNALLADZIINA JAA’UU BIL IFKI[12].. sampai 10 ayat turun berkenaan dengan peristiwa ‘Haditsul-Ifki’ (berita bohong) terhadap Ummul Mu’minin Aisyah -semoga ALLAAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi meridhoi beliau-. Dan hadits-haditsnya selengkapnya telah aku bahas panjang lebar dalam kitabku: Al-Hadaa’iq & Al-Mughnii fii Tafsiir, maka aku tidak akan membahasnya panjang lebar lagi disini[13].”
3. Pemutusan hubungan dan pernyataan perang dengan kaum musyrikin Makkah dilakukan dengan 10 ayat dari awal surah At-Taubah (Bara’ah), yang disampaikan Nabi -Semoga Shalawat serta Salam senantiasa tercurah pada diri beliau- kepada Abubakar -semoga ALLAAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi meridhoi beliau- dan dibacakan oleh Ali -semoga ALLAAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi meridhoi beliau-[14].

HUJJAH KEEMPAT: BAHKAN TAURAT, INJIL DAN ZABUR-PUN PERINTAH AWALNYA JUGA HANYA 10 AYAT SAJA
1. Dari Ka’ab al-Akhbar -semoga ALLAAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi meridhoi beliau-: “Yang pertama kali diturunkan dari Taurat adalah 10 ayat, dan itu adalah 10 ayat yang ada di akhir surah Al-An’am, yaitu: QUL TA’AALAW ATLU MAA HARRAMA RABBUKUM.. sampai akhir ayat[15].”
2. Dari ‘UbaiduLLAAH bin AbdiLLAAH bin ‘Adiyy bin Al-Khiyar berkata: Ka’ab -semoga ALLAAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi meridhoi beliau- mendengar seseorang membaca ayat: QUL TA’AALAW ATLU MAA HARRAMA RABBUKUM.. Maka berkatalah Ka’ab -semoga ALLAAH Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi meridhoi beliau-: Demi jiwa Ka’ab yang berada di tangan-NYA! Itu adalah awal ayat dalam Taurat![16]”
3. Berkata Imam Asy-Syaukani[17] : “Hukum ini juga telah dituliskan oleh para Ahluz-Zabur dalam akhir kitab Zabur mereka & Ahlul-Injiil dalam awal kitab Injiil mereka.”

HUJJAH KELIMA: HIKMAH AL-QUR’AN DITURUNKAN TIDAK SEKALIGUS MELAINKAN SEDIKIT DEMI SEDIKIT YAITU AGAR KAUM BERIMAN MEMPELAJARI ILMU SEKALIGUS LANGSUNG MENERAPKANNYA
Berkata Imam Adz-Dzahabi[18]: “Demikianlah para sahabat membutuhkan waktu yang amat lama untuk menghafal 1 surah (karena sekaligus ingin melaksanakannya), sehingga telah meriwayatkan Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ bahwa Ibnu Umar membutuhkan waktu 6 tahun untuk menghafal surah Al-Baqarah, karena ALLAH Ta’alaa telah berfirman : KITAABUN ANZALNAAHU ILAYKA MUBAARAKUN LIYADDABBARUU..”
Demikianlah ikhwah wa akhawat fiLLAAH rahimakumuLLAAH, sebagian kecil dari dalil-dalil syar’iyyah yang telah saya paparkan di atas semoga dapat membuka mata kita, menjauhkan kita dari sikap ta’ashub-hizbiyyah yang dilarang oleh syariat, serta memberikan thuma’ninah dalam hati kita bahwa ijtihaad yang telah kita jalani ini didasarkan atas dalil-dalil shahih & jauh dari taqliid-amaa’ (taqlid-buta), waliLLAAHil hamdu wal minah, tamaam bi idzniLLAAHi Ta’aalaa..

Catatan Kaki:
[1] Lih. Al-Albani dalam Ash-Shahiihah (VI/390, hadits no. 2891), berkata Albani : Hadits ini di-takhrij oleh Bukhari dalam shahih-nya (no. 6045), Abu Awwanah (I/23), Ahmad (V/181), Al-Bazzar (IV/431).
[2] Al-Albani men-shahih-kannya dalam Shahiih Jami’ Shaghiir (II/212 hadits no. 710, 712).
[3] Al-Albani meng-hasan-kannya dalam Al-Irwa’ (VIII/54)
[4] Al-Albani men-shahih-kannya dalam Ash-Shahiihah (II/527, hadits no. 847).
[5] Hadits ini di-shahih-kan oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam tahqiq-nya atas tafsir At-Thabari (I/80).
[6] Berkata Syaikh Ahmad Muhammad Syakir (lih. Tafsir At-Thabari, I/80) : Hadits ini shahih-muttashil.
[7] HR Bukhari, XI/277 no.3461; Tirmidzi IX/277; Ahmad no. 6198, 6594 & 6711; AbduRRAZZAQ, VI/109; Thabrani (dalam Al-Kabiir, XX/141 & Ash-Shaghiir, II/34); Ad-Darimi, II/95.
[8] Shahih Ibnu Hibban, XXVI/50, no. 6362
[9] Zaadul Masiir, Imam Ibnul Jauzy, V/66
[10] QS An-Nahl, XVI/110
[11] Ini adalah pendapat Asy-Sya’biy dan Al-Hasan (Zaadul Masiir, V/66)
[12] QS An-Nuur, XXIV/11
[13] Zaadul Masiir, IV/435
[14] HR Ahmad (Al-Musnad, III/283), Ibnu Ahmad (Zawaa’id Al-Musnad, I/151), Tirmidzi (As-Sunan, no.3090)
[15] HR Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Dhurays & Ibnul Mundzir (Fathul Qadiir, Imam Asy-Syaukani, II/500)
[16] HR Abu Syaikh (Fathul Qadiir, II/500)
[17] Fathul Qadiir, II/500
[18] At-Tafsiir wal Mufassiruun, II/7

Baca Selengkapnya...
On 1 komentar

(Pengalaman Nyata Keberhasilan Dalam Melepaskan Jeratan Rokok)
Buah Pena : Ahmad Salim Ba Dulan
Penerjemah : Muh. Saefuddin M. Basri
Editor : Muh. Mu'inuddin M. Basri

Pembukaan
Segala puji bagi Allah. Kita mohon pertolongan dan ampunan kepadaNya. Dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan dari keburukan amal kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barangisapa yang Dia sesatkan maka tidak ada yang bisa menunjukinya. Saya bersaksi tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah melimpahkan sholawat dan salam yang banyak kepadanya.

Adapun setelah itu:
Ikhwah fillah, ini adalah percobaanku meninggalkan rokok yang telah Allah tunjukkan kepadaku. Bagi-Nyalah segala pujian dan sanjungan sesuai yang layak untuk-Nya atas banyak kebaikan yang Dia tunjukan saya kepadanya. Dia telah menjadikan saya menang atas ujian yang mana Dia selamatkan saya darinya setelah melalui pertarungan pahit yang berlangung kurang lebih dua puluh tahun yang saya arungi dalam merusakkan kesehatanku, menghancurkan diriku dan hartaku, menyakitkan keluargaku, rumah tanggaku, orang-orang yang saya cintai, dengan memohon kepada Allah kiranya tidak menguji salah seorang kaum muslimin dengannya. Serta semoga Dia selamatkan orang yang teruji dengannya secepat mungkin. Sesungguhnya Dia Maha Dekat lagi Mengabulkan
doa.

Saudaraku yang sedang teruji dengan rokok
Saya tahu betul bahwa anda akan mengatakan bahwa anda telah berupaya berkali-kali untuk meninggalkannya namun tak berhasil jua….Dan saya katakan kepada anda: Sesungguhnya hal itu pernah terjadi pada diri saya dan akan saya ceritakan percobaanku secara rinci. Akan tetapi yang saya inginkan dari diri anda adalah anda bisa serius dalam membaca surat ini dan supaya anda melakukan percobaan yang telah saya lalui dalam melewati fase hitam dari fase kehidupanku sepanjang 20 tahun. Allah-lah yang bersaksi bahwa saya menyebutkan di sini bukan karena membanggakan dan menonjolkan kemaksiatan. Akan tetapi saya menyebutkannya sebagai pujian dan sanjungan kepada Allah atas karunia besar yang telah Dia limpahkan kepada saya dalam melepaskan diri dari rokok. Saya sebutkan rincian percobaan ini semoga bisa diambil faidah oleh siapa saja yang diuji dengan rokok sehingga ditetapkan baginya hidayah lalu mematikan rokok terakhir dalam hidupnya bersamaan dengan lembaran akhir dari lembaranlembaran surat ini.

Rokok Pertama
Perjalananku yang menyedihkan bersama rokok dimulai semenjak 20 tahun lalu saat saya menjadi pelajar tingkat menengah dan pada hari-hari ujian. Dimana saya berkumpul dengan teman-temanku di loteng rumah kami dalam rangka mengulang pelajaran. Salah seorang kawan diantara yang sedang diuji dengan rokok turut bergabung bersama kami. Hingga dia bisa merokok tanpa kami menegur dan mencelanya lalu berusaha mengajak kami untuk turut merokok bersamanya. Dia katakan: “Sesungguhnya merokok itu bisa membantu konsentrasi dan kefahaman”. Dia mencobanya dan mminta kami untuk melakukan uji coba. Jika ternyata tidak terwujud hasilnya kita tinggalkan rokok.
Maka kamipun melakukan ujin coba. Saya bersama teman-temanku lalu menyalakan rokok kali pertama. Lalu saya merasakan kepalaku lebih berat dari badan. Benda-benda yang ada di sekelilingku berputar. Mulailah stagnasi merayapi tubuhku. Saya berkata kepada kawanku yang jahat itu: “Apa yang sedang saya rasakan ini?” Dia berkata kepadaku: “Ini rokok pertama. Biasa lah yang sedang kamu alami itu. Hisaplah kedua kali maka stagnasi dan pusing- pusing itu akan hilang darimu”. Maka saya hisap kedua, ketiga dan keempat. Saya pergi yang pertama kali ke warung untuk beli bungkusan pertama rokok dari merk paling jelek dan paling banyak bahayanya karena harganya murah. Demikianlah saya lalu mengkhususkan setiap riyal yang saya peroleh untuk membeli rokok hingga saya menghisap rokok sehari sampai 20 batang. Disela waktu 20 tahun semakin bertambah banyak saya mengkonsumsi rokok hingga mencapai 80 batang dalam sehari sebelum akhirnya saya tinggalkan rokok berkat karunia Allah.
Saya ingin mengisyaratkan dalam menceritakan permulaan rokok yang menyedihkan ini supaya saya menunjukkan beberapa perhatian kepada para orang tua sehingga anak-anak mereka tidak jatuh pada hal-hal yang tidak baik akibatnya. Diantaranya merokok. Beberapa perhatian ini sebagai berikut:
1. Waspadalah membiarkan anak anda jalan-jalan bersama kawankawan dan teman sekolahnya tanpa pengawasan anda.
2. Upayakan anak anda cukup dengan satu teman untuk belajar dan mengulang pelajaran. Hendaknya teman ini dari yang dikenal istiqomah diantara yang anda kenal dan percayai dari mereka.
3. Jangan biarkan anak anda mengulang pelajaran atau belajar jauh dari penglihatan anda atau penglihatan ibunya.
4. Jangan biarkan banyak uang berada di tangan anak anda. Uang lebih terkadang bisa mendorong untuk beli rokok karena kebanyakan. Sebagai ganti uang cukupilah apa yang dibutuhkannya berupa makanan, minuman, kue dan lainnya.
5. Jika anda punya kawan perokok maka jangan bolehkan dia merokok di rumah anda. Dan jika memang anda tidak mampu, maka laranglah anak anda masuk kepada anda berdua.
6. Waspadailah anak anda keluar ke tempat-tempat yang jauh dari rumah dengan ditemani kawan-kawannya sekalipun anda percaya kepada mereka.
7. Hati-hatilah wahai para orang tua/wali sesungguhnya merokok pada usia kecil akan susah meninggalkannya. Kebiasaan buruk ini terkadang bisa terus melekat pada orangnya sepanjang hidupnya jika Allah tidak mengasihi dan menunjukinya.

Percobaan Yang Gagal
Saya tidak mau menyembunyikan suatu rahasia kepada kalian jika saya katakan: “Sesungguhnya saya telah melakukan upaya lebih dari seratus kali antara waktu 20 tahun saya merokok untuk meninggalkannya. Hanya saja saya gagal dan saya meninggalkan rokok tidak berlanjut lebih dari sehari atau dua hari. Selalu saja ketika saya berupaya untuk meninggalkan rokok saya sering bingung. Apakah saya tinggalkan rokok secara bertahap dimana saya kurangi jumlah rokok yang saya konsumsi secara bertahap hingga saya bisa berhenti total? Ataukah saya tinggalkan rokok sekaligus dan saya hancurkan bungkus rokok dengan kejaman mata?
Syetan busuk selalu menggodaku setiap kali saya ingin meninggalkan rokok dengan membuat saya suka pada jalan pertama. Sekaligus menakut-nakuti bahwa jika saya tinggalkan rokok mendadak dan saya hancurkan bungkus rokok maka dalam jangka 24 jam saya pasti akan kembali lagi…Demikianlah dia beserta teman-temannya menggodaku yang semestinya saya meninggalkannya secara bertahap lalu saya kembali lagi. Kondisi ini berlanjut hingga beberapa lama. Ketika saya berfikir untuk meninggalkan rokok sekali lagi akan tetapi secara bertahap, setan kembali dan menggodaku “meninggalkan satu kali lebih baik”..Demikianlah berulang-ulang tanpa saya bisa meninggalkan rokok melainkan hanya dalam waktu sehari atau dua hari setiap kali berupaya. Saya tidak mau menyembunyikan suatu rahasia kepada kalian, jika saya katakan: “Sesungguhnya tidak ada taufiq untuk meninggalkan rokok penyebabnya adalah karena setiap kali saya berfikir untuk meninggalkannya maka motivasi yang mendorong untuk meninggalkan rokok kalau tidak karena pandangan masyarakat terhadap orang yang merokok atau karena demi kesehatanku atau demi mengumpulkan harta..Saya tidak pernah berfikir dalam percobaanku yang gagal itu untuk meninggalkan rokok semata karena Allah dengan memohon pertolongan dan bertawakal kepada-Nya sebagaimana yang terjadi pada percobaanku yang berhasil yang hendak saya kemukakan kemudian. Sebelum Datangnya Hidayah Sebelum Allah yang memiliki karunia menunjukiku dalam meninggalkan rokok, saya berubah menjadi ‘tabung asap bergerak’. Saya menghisap rokok dengan penuh tamak hingga saya merokok sehari mencapai 4 bungkus, yakni 80 batang. Hingga api terus menyala di mulutku sejak bangun tidur pagi hari hingga tidur kembali. Bahkan kadang-kadang saya bangun dari tidur hanya untuk menyalakan rokok kemudian kembali tidur. Adapun ruangan dimana saya duduk sama saja apakah di tempat kerja, rumah atau di tempat kawan-kawan dipenuhi asap tebal ketika saya berada di situ dengan diliputi perasaan stagnasi (future), malas, dahak hitam, terus batukbatuk dimana pengobatan tidak lagi bisa memberi manfaat….kedua bibir hitam, mata merah, muka masam. Tempat dimana saya tidak bisa merokok di situ karena suatu sebab, saya segera tinggalkan. Dan saya tergesa-tergesa dalam menunaikan sholat supaya saya kembali untuk merokok. Pada bulan romadhon kadang-kadang berbuka dengan tembakau sebelum kurma. Langkah-langkah berat ketika berjalan dan ludah kering….banyak minum teh dan air secara berlebihan. Kondisi mengenaskan dimana tidak menyenangkan musuh maupun kawan. Di hadapanku telah tertutup semua jalan untuk meninggalkan rokok setelah upaya berkali-kali yang gagal hingga sampailah saya pada sikap menerima untuk tidak berupaya meninggalkannya sekali lagi. Keputusasaan telah begitu memuncak hinggap pada diriku sampaisampai saya berkhayal kalau saya akan mati sedang di mulutku terdapat rokok. Saat-Saat Yang Menentukan Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:
“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az Zumar:53).
Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya” (Al Kahfi:17)
Pada suatu malam penuh berkah di sepuluh akhir bulan Romadhon tahun 1412 H saya beserta saudara saya -yang juga merokok seperti saya- ikut sholat malam di salah satu masjid wilayah Nashiriyah Riyadh. Usai salam kedua biasanya orang-orang beristirahat sejenak untuk minum air putih, kopi atau teh sebelum melanjutkan sholatnya. Nafsuku menggoda saya untuk keluar masjid untuk merokok. Kemudian kembali untuk melanjutkan sholat. Saya beritahukan kepada saudaraku tentang godaan nafsu jahatku. Tidak ada jawaban darinya kecuali hanya dia katakan kepadaku: “Apa pendapatmu sebagai ganti pergi sekedar untuk merokok kita berdoa kepada Allah kiranya menolong kita dalam meninggalkan rokok. Supaya kita meninggalkannya semata karena Allah, takut akan azab-Nya sekaligus berharap rahmat-Nya. Dan supaya kita bersung-guhsungguh dalam berdoa hingga usai sholat dengan memohon kepada Allah untuk tidak menolak (doa) kita dalam keadaan merugi pada malam ini dan kiranya Dia memuliakan kita dengan hidayah”. Kata-kata saudaraku tersebut mengena dalam diriku pada tempat baik dan mendapatkan telinga yang mau mendengar. Kamipun lantas kembali melanjutkan sholat. Setelah usai sholat saya dan saudara saya mengeluarkan sisa rokok yang masih ada di saku kami dan kami hancurkan di depan masjid. Kemudian kami berjanji pada malam penuh berkah itu untuk tidak lagi menghisap rokok dan setiap kami untuk saling menolong yang lain dalam meninggalkan rokok setiap kali melemah dan nafsunya menggodanya untuk kembali lagi. Segala puji bagi Allah saat-saat menghangatkan dalam kehidupan kami setelahnya kami tidak akan kembali lagi merokok berkat pujian dan taufiq Allah. Sekarang saya dan saudara saya telah dua tahun tidak pernah menyalakan satu batang rokokpun. Kecerahan kembali pada rona wajah kami. Kami ucapkan selamat tinggal kepada penyakit dada, daha’, batuk. Dan habis sudah –menurut hitunganku- perjalanan penuh siksaan selama 20 tahun. Keluarga dan kawan karib bergembira dengan apa yang kami perbuat…..Segala puji bagi Allah yang dengan karunia-Nya sempurnalah semua kebaikan.

Hukum Menghisap Rokok
Sunnah yang disucikan melarang kita dari segala hal yang membuat mabuk dan stagnasi sebagaimana melarang kita dari menyia-nyiakan harta pada tempat yang tidak ada manfaatnya dibalik itu semua sebagai kasih sayang dan kebaikan kepada kita. Para ulama’ telah mengeluarkan fatwa akan haramnya menghisap rokok. Hal itu karena melihat di dalamnya terdapat bahaya terhadap agama, dunia, masyarakat, dan kesehatan. Berdasarkan hal ini rokok digolongkan termasuk ‘barang buruk’ yang diharamkan Al Qur’an. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:
“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” (Al A’raf:157)
Merokok tidak hanya menyakiti orang-orang yang merokok. Namun menyakiti orang-orang yang ada disekitarnya juga. Allah telah melarang kita dari menyakiti saudara kaum muslimin kita dimana Dia berfirman:
“Dan orangorang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (Al Ahzab:58).
Merokok –pada dasarnya- merupakan penghamburan harta, pemborosan, tabdzir sedang Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Penyianyiaan dan penghaburan mana yang lebih besar daripada orang yang melenyapkan hartanya dan membakarnya dengan api didepannya yang disertai bencana badan dan kesehatan sekaligus?! Allah telah mengkaruniakan kepada manusia ilmu, akal dan kekuatan kemauan maka jika telah mengetahui bahaya merokok dan keharamannya maka tidak lain kecuali dia harus bertekad untuk meninggalkannya. Dan barangsiapa meninggalkan sesuatu semata karena Allah maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Dan selalunya balasan itu sejenis dengan amal perbuatan. Jika anda telah mengetahui –wahai saudara muslim- akan bahaya merokok maka anda harus berencana meninggalkannya dan menjauhinya maupun meninggalkan pergaulan dengan orang-orang yang merokok.
Rekomendasi Muktamar Islam untuk Penanggulangan Minuman Keras dan Heroin yang diselenggarakan di Madinah Al Munawwaroh pada tahun 1402 H mendukung consensus ulama akan haramnya rokok tembakau dengan segala coraknya yang berbeda. Demikian pula beli rokok dimana didalamnya terdapat bahaya terhadap agama, dunia, masyarakat dan kesehatan. Hasilnya sebagai berikut ini:
1. Rokok adalah asap yang tidak bisa membuat gemuk dan tidak menghilangkan lapar
2. Rokok adalah membahayakan kesehatan
3. Rokok adalah menyebabkan stagnasi dan tak sadar. Sedang Rasul sollallohu ‘alaihi wa sallam telah melarang dari setiap yang memabukkan dan membuat loyo.
4. Rokok termasuk barang buruk yang diharamkan berdasarkan nash Al-Qu’an Al Karim dimana Allah berfirman –dalam mensifati Nabi kita Muhammad sollallohu ‘alaihi wa sallam - : “Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” (Al A’raf:157)
5. Bau rokok menyakiti orang yang tidak merokok bahkan menyakiti malaikat yang mulia.
6. Sesungguhnya membelanjakan harta pada rokok merupakan berlebihlebihan dan tabdzir (penghamburan) sedang Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Robnya” (Al Isra’:27)

Laporan Nyata Secara Singkat
1. Jumlah orang-orang yang meninggal setiap tahun diakibatkan rokok mencapai 2,5 juta orang di seluruh dunia. Artinya 5 % dari total jumlah orang yang meninggal tiap tahun. Sementara organisasi kesehatan dunia (WHO) mengalokasikan 1 % saja dari anggarannya untuk penanggulangan rokok.
2. Penelitian dan pengkajian membuktikan bahwa rokok bertanggung jawab atas sekitar 90 % dari seluruh kondisi penyakit jantung demikian pula kangker paru-paru dan sejumlah macam kangker lain.
3. Terbukti secara ilmiyah bahwa rokok merupakan terminal pertama kepada jalan heroin dimana didapati 90 % dari para pecandu heroin, mereka merokok secara berlebihan.
4. Penelitian menetapkan bahwa di sana terdapat 400 materi hasil dari proses pembakaran tembakau dan materi-materi yang menutupinya.
5. Para perokok lebih banyak terjangkit penyakit paru-paru basah dan radang paru-paru. Sesungguhnya rokok menyebabkan tersendatnya radang udara secara menahun.

Penutup
Adapun setelah itu:
Saudaraku yang sedang teruji dengan rokok; Sesungguhnya ini merupakan ajakan yang jujur dari hati ke hati supaya anda meninggalkan rokok…. Anda akan mengatakan bahwa anda telah berkali-kali melakukan upaya akan tetapi pada kali ini:
1. Janganlah anda meninggalkan rokok demi kesehatan
2. Janganlah anda meninggalkan rokok demi masyarakat dan manusia
3. Janganlah anda meninggalkan rokok demi menjaga harta anda
4. Namun tinggalkanlah rokok semata karena Allah, niscaya Allah akan membantu anda dalam meninggalkannya.
Kami doakan anda secara tulus semoga Allah melimpahkan taufiq kepada anda dalam meninggalkannya. Sesungguhnya Dia Maha Menunjukkan kepada jalan yang lurus. Semoga Allah menjaga anda dari segala keburukan.

Baca Selengkapnya...